Sejak perang dagang memuncak pada awal 2025 dengan tarif setinggi 145 % untuk impor Tiongkok ke Amerika Serikat dan balasan 125 % dari Beijing, perdagangan bilateral senilai ±US$700 miliar mengalami kontraksi tajam. Namun, pertemuan intensif antartim negosiator di Washington dan Beijing pada April–Mei 2025 melahirkan rancangan “jalan tengah”: pengurangan bertahap tarif hingga 60 poin persentase dalam dua fase sembari membentuk badan pemantau sengketa dua kali setahun. Presiden Trump menyebut kesepakatan final sebagai “deal yang adil”, meski tetap membuka ruang proteksi pada sektor strategis. 

Artikel ini menelaah komponen inti kesepakatan, manfaat langsung bagi kedua negara, serta implikasinya bagi ekonomi global—khususnya pasar berkembang dan rantai pasok manufaktur.


1. Latar Belakang Negosiasi

  • Eskalasi tarif 2018‑2025: Sejak babak pertama perang dagang 2018, ketidakpastian menghantam industri otomotif, elektronik, dan pertanian.
  • Dampak domestik: Lembaga riset independen memperkirakan tarif rata‑rata menaikkan beban rumah tangga AS US$1.243 pada 2025, sekaligus menekan lapangan kerja di sektor agribisnis Tiongkok.
  • Dorongan politik: Tekanan pengusaha AS serta kelesuan ekspor Tiongkok membuat kedua pemerintah mencari kompromi menjelang pemilu 2026.

Ruang negosiasi terbuka ketika masing‑masing pihak sepakat bahwa “tarif permanen” justru melemahkan posisi kompetitif jangka panjang.


2. Elemen Kunci “Jalan Tengah”

ElemenIsi KesepakatanPerkiraan Jadwal
Penurunan TarifRollback 30 poin pada Juli 2025, 30 poin lagi Januari 20266–12 bulan
Panel PengawasanForum bilateral semi‑yudisial, bertemu 2×/tahunMulai Agustus 2025
Transparansi SubsidiLaporan tahunan subsidi industri strategisDesember 2025
Pelebaran Akses PasarPeningkatan kuota lisensi jasa keuangan AS di Tiongkok & pembelian produk pertanian AS senilai US$50 miliar2025–2027
Hak Kekayaan IntelektualPercepatan penyelesaian litigasi paten di Tiongkok (≤12 bulan)Segera

3. Manfaat Bagi Amerika Serikat

a. Pemulihan Ekspor Agrikultur

Penghapusan tarif kedelai dan jagung diperkirakan mengembalikan volume ekspor AS ke level pra‑perang dagang (2017) sebesar US$26 miliar per tahun.

b. Margin Lebih Besar untuk Industri Teknologi

Bea masuk lebih rendah pada komponen semikonduktor dan baterai mengurangi biaya produksi perusahaan manufaktur elektronik AS hingga 8 %. Ini meningkatkan daya saing global produsen perangkat 5G dan kendaraan listrik.

c. Stabilitas Pasar Keuangan

Pengumuman kesepakatan memicu risk‑on rally; indeks S&P 500 naik 2 % sehari setelah konferensi pers bersama, sementara imbal hasil obligasi 10‑tahun turun 15 bps seiring turunnya premi risiko perdagangan.


4. Manfaat Bagi Tiongkok

a. Peningkatan Investasi Asing Langsung (FDI)

Kepastian tarif mendorong perusahaan multinasional menunda strategi diversification out of China dan malah memperluas fasilitas R&D di Shanghai dan Shenzhen.

b. Stabilitas Nilai Tukar Yuan

Masuknya arus modal portofolio pasca‑kesepakatan mendukung apresiasi yuan 1,5 % terhadap dolar, membantu menahan tekanan inflasi impor energi.

c. Pemulihan Lapangan Kerja Manufaktur

Dengan tarif turun, produsen elektronik dan tekstil meningkatkan shift produksi, mempekerjakan kembali ±350 ribu pekerja yang sempat dirumahkan pada 2024.


5. Implikasi bagi Ekonomi Global

  1. Normalisasi Rantai Pasok – Biaya logistik turun karena lead‑time komponen mikrochip Asia‑Pasifik‑AS menyusut 12 hari.
  2. Katalis Pemulihan Perdagangan Dunia – IMF memperkirakan penurunan tarif 60 poin antara dua ekonomi terbesar menambah 0,9 % terhadap PDB dunia dalam dua tahun pertama.
  3. Peluang bagi ASEAN – Skema dual sourcing tetap dipertahankan: pabrik di Vietnam dan Indonesia menjadi “sakelar fleksibilitas” saat risiko geopolitik meningkat, sembari Tiongkok kembali difungsikan sebagai hub skala besar.

6. Tantangan Implementasi

  • Keamanan Siber & Teknologi Sensitif – AS bersikeras mempertahankan pembatasan ekspor chip mutakhir, sehingga Tiongkok masih mencari swasembada semikonduktor.
  • Politik Dalam Negeri – Tekanan pemilih pekerja manufaktur di AS dan nasionalisme ekonomi di Tiongkok bisa memicu permintaan renegosiasi.
  • Kepatuhan Subsidi – Memastikan transparansi subsidi industri negara (SOE) Tiongkok bergantung pada mekanisme audit independen di panel pengawasan.

Jika salah satu pihak tidak memenuhi kewajiban kuota impor atau reformasi proteksi, klausul snap‑back tariff memungkinkan pemulihan bea dalam 30 hari—risiko yang membuat perusahaan tetap mempraktikkan strategi diversifikasi rantai pasok.


Kesimpulan

Kesepakatan dagang AS‑China yang lahir pada Mei 2025 menandai jalan tengah setelah bertahun‑tahun tensi tarif. Dengan pengurangan bea yang terukur, forum penyelesaian sengketa baru, serta komitmen transparansi subsidi, kedua negara memperoleh manfaat nyata: ekspor pertanian AS kembali bergairah, manufaktur Tiongkok stabil, dan pasar global merespons positif.

Bagi dunia, perjanjian ini lebih dari sekadar angka tarif; ia membuka peluang untuk merestrukturisasi rantai pasok yang lebih tangguh dan berkelanjutan. Namun keberhasilan akhir bergantung pada disiplin implementasi dan kemauan politik kedua pemerintah. Jika konsistensi terjaga, jalan tengah ini bisa menjadi model kemitraan strategis yang menyeimbangkan persaingan dan kolaborasi di abad ke‑21.

By f1fvk